Oleh : Kang Oos Supyadin SE MM (Pemerhati Kesejarahan & Budaya) *)
Dalam banyak referensi catatan sejarah maupun cerita rakyat yang turun temurun bahwa sebelumnya wilayah Garut dikenal sebagai Kabupaten Limbangan. Namun, Kabupaten Limbangan ini memiliki sejarah yang panjang, menurut volksalmanak yang diterbitkan pada tahun 1920 menyebutkan bahwa Dalem Nayawangsa merupakan bupati Kabupaten Limbangan pertama pada sampai tahun 1678.
Hal ini menunjukan bahwa Kabupaten Limbangan sudah ada sebelum tahun 1678. Pada akhir abad 16 Kerajaan Sumedang Larang muncul dan meneruskan kekuasaan Sunda Padjadjaran sehingga Kabupaten Limbangan menjadi bagian dari Sumedang Larang. Kemudian masuknya Belanda ke Indonesia menjadikan Limbangan sebagai bagian dari Kabupaten Sumedang.

Ketika dibawah Daendels di tahun 1811 Limbangan terdiri dari 6 cutak atau kecamatan yakni Balubur, Malangbong, Wanakerta, Wanaraja, Cibereum dan Papandak. Pada tahun 1813 ketika Belanda jatuh ke kekuasaan Inggris, Limbangan dibawah Thomas S. Raffles menjadi sebuah Kabupaten tersendiri.
Di masa Raffles wilayah Kabupaten Limbangan bertambah banyak, beberapa wilayah yang berasak dari Kabupaten Sukapura seperti Bayongbong dan Suci menjadi bagian dari Kabupaten Limbangan. Kemudian, wilayah teritorial Kabupaten Limbangan berubah yang awalnya beribukotakan di Suci hingga akhirnya pindah ke Garut dan berubah menjadi Kabupaten Garut.
A. Daftar Nama Para Bupati Dari Tahun 1525 – Sekarang
Berikut adalah beberapa bupati Kabupaten Limbangan (sekarang berubah menjadi Kabupaten Garut). Menurut catatan dari Kang Bimo, disebutkan ada 9 Bupati Limbangan sejak Sunan Cipancar diangkat Adipati alias Bupati di Kabupatian Limbangan oleh Susuhunan Cirebon Sunan Gunung Jati alias Waliyullah Syekh Syarif Hidayatullah yang merupakan anggota 9 walisongo. Berikut penjelasannya:
Dangiang Limangan Sunan Pancer (Raden Handelawangi / Liman sanjaya) dari 1521 -1525, PASIR HUUT = Radja Timanganten (GALEUH PAKUAN). Maka setelahnya muncullah para Bupati Limbangan yang tercatat ada 9 BUPATI LIMBANGAN (GALIH PAKUAN) dari tahun 1525 – 1831 yakni sebagai berikut:
- Sunan Cipancar (Jaya Kusumah / Liman Sanjaya Kusumah / Adipati Kartamanah) dari 1525- 1550
- Sunan Cipicung (Jayaningrat/ Tumenggung Tjakrawati ) dari tahun 1550 – 1582
- Sunan Demang (Jaya perkosa/ Tumenggung Djiwamerta) dari tahun 1582 – 1625
- Wangsadita I (Wangsa Naya/ Ki Ageng Tirtayasa) dari tahun 1625 -1744
- Sunan Walibungsu (Wirawangsa / Tumenggung Secapati) dari tahun 1744 – 1752
- Dalem Kaum (Wangsa radja/ Tumenggung Patrakusumah) dari tahun 1752 – 1763
- Dalem Kasip (Wangsa diradja/ Tumenggung Suradipradja) dari tahun 1763 – 1790
- Dalem Sumeren (Wangsa Kusumah I) dari tahun 1790 – 1791
- Dalem Panutup (Wangsa Kusumah II) dari tahun 1805 – 1813, Laju pindah ka Garut dina gelar Adipati Adiwidjaya (1813 – 1831)
Sedangkan berdasarkan catatan sejarah Limbangan lainnya dalam buku yang berjudul Pustaka Kabupatian i Bhumi Limbangan Dong Garut karya Drs Bayu Surianingrat bahwa pengangkatan Bupati Pertama Limbangan dimulai dari Dalem Nayawangsa yang diangkat oleh Pangeran Rangga Gempol III Raja Kerajaan Sumedang Larang sampai tahun 1678.

Dengan demikian inilah daftar Bupati Limbangan menurut versi lainnya :
- Dalem Nayawangsa sebagai Bupati pertama Kabupaten Limbangan yang menjabat hingga tahun 1678. Dalem Nayawangsa adalah putra Dalem Santowaan putra Prabu Salalangu Layakusumah putra Prabu Mundingwangi alias Sunan Cisorok alias kakaknya Nyi Putri Buniwangi. Dalam hal ini Dalem Nayawangsa adalah generasi ke-5 dari Sunan Rumenggong. Makamnya di Cipacing Wanakerta Cibatu Garut.
- Dalem Mertasinga sebagai Bupati ke-2 Kabupaten Limbangan dari tahun 1678 – 1726). Dalem Mertasinga adalah putra Adipati Pamegatsari Suriakusumah putra Tumenggung Jiwamerta putra Tumenggung Wangsanagara alias Prabu Cakrawati alias Sunan Karaseda alias Sunan Cipicung putra Sunan Cipancar putra Prabu Layakusunah putra Sribaduga Maharaja Prabu Siliwangi (Prabu Layakusumah menikah dengan Nyi Putri Buniwangi putra Sunan Rumenggong). Dalam hal ini Dalem Mertasinga merupakan generasi ke 7 dari Sunan Rumenggong. Makamnya besar kemungkinan di Kampung Kroya (warung Bandrek) dekat Wanakerta Cibatu Garut.
- Dalem Wangsadita I sebagai Bupati ke 3 Limbangan dari tahun 1726 – 1740. Ia menyebutnya sebagai Raden Rangga Limbangan yang merupakan putra dari Dalem Kudawareksa putra Dalem Nayawangsa. Makamnya dekat Makam Sunan Cipancar.
- Dalem Wangsadita II sebagai Bupati ke 4 Limbangan. Ia menyebutnya sebagai Rangga Panengah
- Dalem Suriadipraja I sebagai Bupati ke 5 Limbangan. Ia menyebutnya sebagai Rangga Bungsu.
- Dalem Suriapraja II alias Dalem Supriya alias Dalem Kasep alias Dalem Wangsareja I sebagai Bupati ke 6 Limbangan
- Dalem Wangsareja II sebagai Bupati ke 7 Limbangan
- Dalem Wangsakusumah I sebagai Bupati ke 8 Limbangan
- Dalem Wangsakusumah II sebagai Bupati Limbangan ke 9 alias Bupati terakhir yang beribukota di Limbangan. Beliau punya mantu bernama RAA Adiwijaya putra Pangeran Kornel alias Pangeran Kusumadinata alias Kusumanegara alias Surianegara (Bupati Sumedang) putra Aria Sacapati putra Tumenggung Patrakusumah putra Adipati Tanubaya putra Adipati Kusumadinata II alias Suralaya putra Adipati Surianagara putra Adipati Kusumadinata I putra Rd Surianagara putra Dalem Wangsadita I (Bupati ke 3 Limbangan). RAA Adiwijaya kelak yang menggantikannya sebagai Bupati Limbangan Pertama yang berkedudukan ibukotanya di Garut, mengingat Kabupaten Limbangan dihapuskan oleh GG Deandels.
- Raden Adipati Aria Adiwijaya: Bupati Pertama Limbangan yang beribukota di Garut alias Bupati ke 10 Limbangan yang dilantik pada 16 Februari 1813 oleh Thomas Stamford Raffles hingga tahun 1831. RAA Adiwijaya pun berjasa dalam memindahkan ibu kota Kabupaten Garut dari Limbangan ke Suci.
- Tumenggung Jayanegara alias Kusumadinata sebagai Bupati ke 2 Limbangan yang beribukota di Garut alias Bupati ke 11 Limbangan dari tahun 1831 – 1833.
- Tumenggung Jayaningrat (Jayadiningrat) alias Adipati Surianata Kusumah sebagai Bupati ke 3 Limbangan yang beribukota di Garut alias Bupati ke 12 Limbangan. Beliau merupakan putra RAA Wiratanudatar VI (Bupati Cianjur) dari tahun 1833 – 1871
- Raden Adipati Wira Tanu Datar VII: Bupati ke-4 alias terakhir Limbangan yang beribukota di Garut yang menjabat dari tahun 1871 hingga 1915. Ia merupakan bupati terakhir Kabupaten Limbangan yang beribukota di Garut sebelum berubah nama menjadi Kabupaten Garut pada 7 Mei 1913. Dengan demikian maka RAA Wiratanudatar VII adalah Bupati Kabupaten Garut yang pertama. RAA Wiratanudatar VII bisa disebut juga sebagai Bupati ke 13 Limbangan alias yang terakhir.
- Tumenggung Suria Karta Legawa sebagai Bupati ke 2 Kabupaten Garut dari tahun 1915 – 1929
- Tumenggung Muhamad Musa Suria Karta Legawa sebagai Bupati Kabupaten Garut ke 3 dari tahun 1929 – 1944
- Rd. Tumenggung Endung Suriaputra sebagai Bupati Kabupaten Garut ke 4 dari tahun 1944 – 1945
- R. Kalih Wiraatmadja sebagai Bupati Kabupaten Garut ke 5 (1945-1948)
- R. Tumenggung Agus Padmanagara sebagai Bupati Kabupaten Garut ke 6 (1948-1949)
- R. Tumenggung Kartahudaya sebagai Bupati Kabupaten Garut ke 7 (1949-1950)
- R. Moh. Sabri Kartasomantri sebagai Bupati Kabupaten Garut ke 8 (1950-1956)
- R. Moh. Noh Kartanegara sebagai Bupati Kabupaten Garut ke 9 (1956-1960)
- R. Gahara Widjaja Suria sebagai Bupati Kabupaten Garut ke 10 (1960-1966)
- Letkol Akil Ahyar Mansyur sebagai Bupati Kabupaten Garut ke 11 (1966-1967)
- R. M. Bob Yacob Ishak sebagai Bupati Kabupaten Garut ke 12 (1967-1972)
- Drs. R. Moh. Syamsudin sebagai Bupati Kabupaten Garut ke 13 (1972-1973)
- Ir. Hasan Wirahadikusumah sebagai Bupati Kabupaten Garut ke 14 (1973-1978)
- Letkol Iman Sulaeman sebagai Bupati Kabupaten Garut ke 15 (1978-1983)
- Letkol Kav Taufik Hidayat sebagai Bupati Kabupaten Garut ke 16 (1983-1988)
- Momon Gandasasmita, SH sebagai Bupati Kabupaten Garut ke 17 (1988-1993)
- Drs. H. Toharudin Gani sebagai Bupati Kabupaten Garut ke 18 (1993-1998)
- Drs. H. Dede Satibi sebagai Bupati Kabupaten Garut ke 19 (1999-2004)
- Letkol H. Agus Supriadi sebagai Bupati Kabupaten Garut ke 20 (2004-2009)
- H. Aceng HM Fikri,S.Ag sebagai Bupati Kabupaten Garut ke 21 (2009-2013)
- H. Agus Hamdani GS.S.Pd.I sebagai Bupati Kabupaten Garut ke 22 (Sisa Periode 2009-2014)
- DR. H. Rudy Gunawan, SH., MH., MP sebagai Bupati Kabupaten Garut ke 23 (2014-2024)
- Barnas Ajidin adalah Pejabat Bupati sebagai Bupati Kabupaten Garut ke 24 (2024 – 2025)
- Dr. Ir. H. Abdusy Syakur Amin, M.Eng., IPU. sebagai Bupati terpilih pada Pilkada 2024 untuk masa bhakti 2025 – 2030 sebagai Bupati Kabupaten Garut ke 25.
B. Sejarah Kabupaten Limbangan
Pada awal abad ke-16, wilayah Garut dikenal sebagai Kabupaten Limbangan. Pada tahun 1811, Belanda membubarkan Kabupaten Limbangan karena produksi kopi menurun.
Pada tahun 16 Pebruari 1813, Raffles mengembalikan status Kabupaten Limbangan dan mengangkat RAA Adiwijaya sebagai bupati. Lalu dipindahkanlah ibukota Kabupaten Limbangan ke Garut.
Pada 7 Mei 1913, nama Kabupaten Limbangan diganti menjadi Kabupaten Garut.
Nama Garut berasal dari kata “karut” dalam bahasa Sunda yang berarti tergores. Hal ini didasarkan pada cerita saat tim ekspedisi Belanda pada sekitar awal tahun 1813 melakukan survei untuk mencari lahan lokasi ibukota Kabupaten Limbangan di wilayah Garut Kota saat ini, yang dalam ekspedisi tersebut salah satu anggota tim terkena duri tumbuhan yang sangat tajam, pohon tersebut ternyata pohon Cucuk Garut (dalam nama latinnya adalah Mimosa Pigra, biasa dikenal dengan pohon sensitif raksasa (pigra = malas, lambat), merupakan salah satu spesies tumbuhan dari genus Mimosa, dalam famili Fabaceae) yang saat ini pun tersebar di banyak daerah di Indonesia dan banyak tumbuh di pinggiran rawa, tegalan dan pinggir sungai.
C. Catatan Kesimpulan
Terkait dengan tulisan yang berjudul Mapag 500 Tahun Limbangan Jadi Garut ini, maka penulis ingin menyampaikan catatan kesimpulan sebagai berikut :
- Sejarah lahirnya Kabupaten Garut tidak bisa dipisahkan dengan sejarah Limbangan. Dimana karuhun Sunda mengatakan “Hana Nguni Hana Mangke, Tanhana Nguni Tanhana Mangke”.
- Pada tahun 1525 masehi bahwa Susuhunan Cirebon alias Sunan Gunung Jati alias Waliyullah Syekh Syarif Hidayatullah yang juga sebagai anggota walisongo telah mengangkat Sunan Cipancar sebagai Adipati Limbangan dengan tugas menyebarkan Islam di tatar Garut.
- Kebupatian Limbangan berlangsung hingga berpindahnya ibukota Kabupaten Limbangan ke Garut
- Dari tahun 1813 hingga 1913 terdapat empat Bupati Kabupaten Limbangan yang ibukotanya berkedudukan di Garut
- Pada 7 Mei 1913 maka Kabupaten Limbangan resmi berganti nama menjadi Kabupaten Garut.
- Patut untuk menjadi bahan perbandingan sekaligus renungan bahwa di Jawa Barat banyak daerah yang penentuan hari jadinya disandarkan dengan nilai histori yang penuh filosfi yang sangat mendalam. Misal, Kabupaten dan Kota Bogor sama-sama mengambil dari jaman sejarah Prabu Siliwangi sebagai Maharaja di Pakuan Pajajaran. Begitupun Cirebon, Kuningan, Ciamis dan Tasikmalaya semuanya menentukan hari jadinya dari sejarah yang panjang dengan mengambil nilai filosofi sejarah yang mendalam.
- Maka sangatlah tepat apabila para pemimpin dan tokoh di Garut dalam menyikapi penentuan Hari Jadi Garut dapat mengevaluasinya yakni mengambil dari nilai sejarah Limbangan ketika Sunan Cipancar diangkat sebagai Adipati Limbangan oleh Waliyullah Syekh Syarif Hidayatullah yakni pada tahun 1525
- Tepat mengawali tahun 2025 ini maka penulis membuat tulisan dengan Mapag 500 Taun (1525 – 2025) Limbangan Jadi Garut
- Pengambilan hari jadi Garut dari pengangkatan Sunan Cipancar menjadi Adipati Limbangan maka akan memperkuat eksistensi slogan Garut Kota Santri mengingat sosok Sunan Cipancar merupakan sosok ulama yang diutus secara khusus oleh Sunan Gunung Jati dalam rangka menyebarkan Islam di tanah Garut.
- Terakhir, penulis akan mendorong para pihak khususnya Bupati dan DPRD Kabupaten Garut untuk mereview perubahan Perda terkait Hari Jadi Garut agar lebih selaras dan sesuai dengan nilai-nilai kesejarahan yang mengandung dan memberikan makna filosofi yang mendalam sehingga dengan tidak terlepasnya akar sejarah Garut maka Kabupaten Garut dan seluruh warga akan hidup dalam keberkahan. Aamiin
Semoga tulisan ini bermanfaat dan kepada semua pihak khusus ahli sejarah dan atau yang memiliki catatan sejarah mohon masuk dan koreksinya demi penyempurnaan tulisan ini.
Salam Rahayu
*) penulis pun saat ini bersama beberapa rekan tengah berinisitif untuk mengusulkan dibentuknya Dewan Adat Kabupaten Garut alias DAKG.