Oleh: Kang Oos Supyadin, Pemerhati Kesejarahan & Budaya
Imam Abdurrahman al-Manawi, atau memiliki nama lengkapnya al-‘Arif Billah al-Imam Zainal Abidin Abdurrauf bin Tajj al-Arifin bin Ali bin Zainal Abidin bin Yahya bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad bin Makhluf bin Abdussalam al-Haddadi al-Manawi al-Qahiri asy-Syafi’i atau lebih dikenal Al Munawi rahimahullah (dilahirkan di al-Qahirah/Kairo Mesir pada tahun 952 Hijriah, bertepatan dengan tahun 1545 Masehi, dan ia juga wafat di Kairo Mesir pada tahun 1031 H bertepatan dengan tahun 1622 M).
Menjelaskan dalam karya kitabnya Fardhu al-Qadir Syarhi al-Jami’ as-Shagir tentang umat terdahulu sebagai berikut:فإن القرون السالفة كانت أعمارهم وأبدانهم وأرزاقهم أضعاف ذلك كان أحدهم يعمر ألف سنة وطوله ثمانون ذراعا وأكثر وأقل وحبة القمح ككلوة البقرة والرمانة يحملها عشرة فكانوا يتناولون الدنيا بمثل تلك الأجساد وفي تلك الأعمار فبطروا واستكبروا وأعرضوا عن الله {فصب عليهم ربك سوط عذاب} فلم يزل الخلق ينقصون خلقا ورزقا وأجلا إلى أن صارت هذه الأمة آخر الأمم
Adapun generasi manusia terdahulu memiliki umur, kekuatan fisik, dan ukuran makanan yang berlipat ganda dari umat manusia sekarang. Sebagian umat terdahulu berusia 1000 tahun.
Tinggi badan mereka mencapai 80 hasta bahkan lebih dari itu atau kurang sedikit. Ukuran satu butir gandum ketika itu sama dengan ukuran ginjal sapi.
Satu buah delima harus dibawa oleh sepuluh orang zaman sekarang. Mereka menikmati dunia dengan fisik seperti itu. Dengan keadaan demikian, lama-kelamaan mereka menjadi angkuh dan sombong serta berpaling dari Allah.
Allah ta’ala pun berfirman (yang artinya), “Karena itulah, Rabb-mu menimpakan cambuk azab kepada mereka” (QS. Al-Fajr: 13). Sejak zaman itu, fisik makanan, serta umur umat manusia terus berangsur menurun hingga umat ini sebagai umat manusia akhir zaman” (Faidhul Qadir, 2/11)
Jika di bandingkan dengan umat-umat terdahulu yang hidupnya ratusan bahkan ribuan tahun. Sedangkan umur umat Nabi Muhammad SAW ini umumnya hanya 60 – 70 tahun saja.
Maka jika kita rela mengorbankan agama demi melakukan yang haram (kedholiman, kecurangan, korupsi uang rakyat) demi mendapatkan kenikmatan dunia, ketahuilah itu hanya akan dinikmati sebentar saja dan pasti akan sirna.
Setelahnya, kita akan menanggung akibatnya di akhirat yang kekal. Allah ta’ala berfirman:إِنَّمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ“Sesungguhnya kehidupan ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal” (QS. al-Mu’min: 39)
Allah ta’ala juga berfirman:بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ“Bahkan kalian mengutamakan kehidupan dunia. Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal” (QS. al-A’la: 16-17)
Demikian juga, andaikan kita diuji dengan kesulitan dan kemiskinan, betapa pun beratnya itu, sabarlah ! Sejatinya hidup di dunia ini hanya sebentar.Semoga bermanfaatSalam Berkah Ramadhan🙏🏻