banner 728x250

Salah Memilih Pemimpin Berdampak Kehancuran Tatanan Kehidupan, Maka Agama Islam Memberikan Tuntunan

banner 120x600
banner 468x60

oleh: Oos Supyadin SE MM, Ketua Barisan Relawan AMIN (BARA-24) Kab. Garut


Sosok pemimpin merupakan faktor penting dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat, terlebih untuk pemimpin Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan pada sebuah negara. Tegasnya, jika seorang pemimpin punya kepribadian sederhana, jujur, baik, cerdas dan amanah, niscaya rakyat atau masyarakat akan hidup makmur.

Sebaliknya jika seorang pemimpin tidak jujur, korup, serta menzalimi rakyatnya, niscaya rakyatnya akan sengsara dan menderita.

Melihat dan mempertimbangkan bahwa adanya pandangan proses pemilihan pemimpin dalam kehidupan saat sekarang ini, sebagian orang beranggapan bahwa proses pemilihan pemimpin hanyalah urusan dunia, tidak ada kaitannya dengan akhirat.

Padahal, Islam tidak memisahkan antara dunia dan akhirat, termasuk dalam hal memilih pemimpin.

Masyarakat harus memahami dan mengerti tentang cara memilih pemimpin, baik presiden, gubernur, walikota, bupati, hingga perwakilan rakyat atau yang dikenal dengan anggota dewan.

Dan untuk hal ini, Islam juga menghalalkan pemimpin yang dipilih rakyat, dapat diganti dengan yang lebih baik demi kemaslahatan.

Cara memilih pemimpin dalam Islam kini menjadi kata kunci yang paling banyak di cari dan dianggap menjadi issue yang cukup kontroversial. Terlebih lagi dengan dengan momentum pilkada dibeberapa daerah.

وَقَالُوا۟ رَبَّنَآ إِنَّآ أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَآءَنَا فَأَضَلُّونَا ٱلسَّبِيلَا۠

Artinya: “Dan mereka berkata, “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menaati para pemimpin dan para pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar)”. (QS. Al-Ahzab : 67)

رَبَّنَآ ءَاتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ ٱلْعَذَابِ وَٱلْعَنْهُمْ لَعْنًۭا كَبِيرًۭا

Artinya: “Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan laknatlah mereka dengan laknat yang besar”. (QS. Al-Ahzab : 68)

Tafsir QS Al-Ahzab pada ayat diatas adalah mereka berkata dengan penuh perasaan mendongkol karena tertipu oleh para pemimpin dan pembesar mereka di dunia. Surat Al-Ahzab terdiri atas 73 ayat, termasuk golongan surat-surat Madaniyah, diturunkan sesudah surat Ali Imran. Dinamai Al-Ahzab yang berarti golongan-golongan yang bersekutu karena dalam surat ini terdapat beberapa ayat, yaitu ayat 9 sampai dengan ayat 27 yang berhubungan dengan peperangan Al Ahzab, yaitu peperangan yang dilancarkan oleh orang-orang Yahudi, kaum munafik dan orang-orang musyrik terhadap orang-orang mukmin di Madinah. Mereka telah mengepung rapat orang- orang mukmin sehingga sebahagian dari mereka telah berputus asa dan menyangka bahwa mereka akan dihancurkan oleh musuh-musuh mereka itu.
Ini adalah suatu ujian yang berat dari Allah untuk menguji sampai dimana keteguhan keimanan mereka. Akhirnya Allah mengirimkan bantuan berupa tentara yang tidak kelihatan dan angin topan, sehingga musuh-musuh itu menjadi kacau balau dan melarikan diri.

Konsep Islam tentang kepemimpinan sebenarnya sudah ideal. Contoh paling ideal pemimpin Islam yakni Baginda Nabi Muhamad ﷺ. Ia merupakan seorang yang memimpin yang patut dicontoh, sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Ahzab ayat 21

لَقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِىۡ رَسُوۡلِ اللّٰهِ اُسۡوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنۡ كَانَ يَرۡجُوا اللّٰهَ وَالۡيَوۡمَ الۡاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيۡرًا

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. (QS Al-Ahzab:21).

Sebagai agama yang sempurna, Islam juga memiliki tata cara bagaimana memilih pemimpin yang baik sebagimana cara memilih pemimpin menurut Islam.

Yang paling utamanya pemimpin yang akan dipilih itu seorang muslim yang beriman kepada Allah (mukmin). Maksudnya, seorang pemimpin itu harus memiliki dua sifat, seperti disebutkan dalam Al-Qur’an Surah Yusuf ayat 55,

قَالَ اجۡعَلۡنِىۡ عَلٰى خَزَآٮِٕنِ الۡاَرۡضِ‌ۚ اِنِّىۡ حَفِيۡظٌ عَلِيۡمٌ

Artinya: Dia (Yusuf) berkata, “Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir); karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, amanat dan berpengetahuan luas tentang kebendaharaan.”

“hafizhun ‘alim. Hafizhun” artinya adalah seorang yang pandai menjaga. Yakni, seorang yang punya integritas, kepribadian yang kuat, amanah, jujur dan akhlaknya mulia, sehingga patut menjadi teladan bagi orang lain atau rakyat yang dipimpinnya sebagai dasar kepemimpinan dalam islam.

Pemimpin itu orangnya amanah, maksudnya, akan berusaha sekuat tenaga untuk menyejahterakan rakyatnya, walaupun sumber daya alamnya terbatas.

Dibalik ini, Allah akan sangat murka pada pemimpin yang zalim, yang berkhianat, dan sibuk memikirkan diri sendiri keluarga serta kolega-koleganya, dan membiarkan rakyatnya kesusahan dan dipersulit.

Seorang pemimpin itu haruslah mampu untuk memimpin rakyatnya dan membawa mereka hidup lebih sejahtera.

Seorang pemimpin itu juga harus suka berzakat berinfak dan bersedekah. Sedekah disini tidak riya, artinya tidak terlihat bagi yang lain yang tujuannya untuk mendapat keridhoan Allah.

Dan yang terpenting, pemimpin harus rajin menjalankan ibadah sholat lima waktu, meski dalam sesibuk apapun waktu dan pekerjaannya. Dan ini adalah tanggungjawabnya sebagai hamba Allah.

Semoga tulisan ini menjadi panduan tuntunan kita dalam bersikap untuk menentukan pilihan atas calon presiden dan calon wakil presiden pada Pilpres tahun 2024 ini. Dan semoga bermanfaat…

Salam Perubahan

banner 325x300
Baca Juga  Dua Tahun Dalam Penantian Memperjuangkan Anies Presiden 2024

Tinggalkan Balasan