Oleh: Oos Supyadin, Pemerhati Kesejarahan
Beberapa hari kedepan kita akan merayakan Hari Pahlawan tepatnya setiap tanggal 10 Nopember. Konon presiden Jokowi akan menganugrahi gelar Pahlawan Nasional kepada 6 tokoh diantaranya yaitu Ratu Kalinyamat alias Ratu Retno Kencono putra Sultan Trenggono putra Rd Fatah Sultan Demak. Melalui tulisan ini saya tertarik untuk sedikit menulis tentang jejak sejarah yang menjadi nilai-nilai kepahlawanan Ratu Kalinyamat tersebut.
Pada 1440 M – 1447 M, Jepara di bawah kekuasaan Majapahit, melanjutkan Kerajaan Kalingga di bawah kepemimpinan Ratu Kamala Warna Dewi Dyah Sudayita, yang merubah nama kerajaannya menjadi Kerajaan Kalingga Pura, dengan kekuasaan pelabuhan maritim internasional yang dipimpin oleh syahbandar terkenal. Abdul Kholiqul Idrus.
Keberhasilan Ratu Kamala membangun pelabuhan maritim internasional, ini diwariskan kepada menantunya, Muhammad Yunus (putera Syahbandar Abdul Kholiqul Idrus), yang kemudian dicatat oleh pengelana portugis, Tome Pires, sebagai Raja Kalingga Pura dengan nama Pate Unus.
Pada masa ini, Tome Pires mencatat, bahwa di Jepara ada dua kerajaan, yaitu Kerajaan Kalinggapura (dipimpin Pate Unus) dan Kerajaan Tidunan (dipimpin Pate Orob), yang merupakan kakak dari Abdul Kholiqul Idrus. Setelah berakhirnya masa pemerintahan Pate Unus, kekuasaannya kemudian diserahkan kepada puteranya, yakni Abdul Qodir (Pangeran Sabrang Lor).
Beberapa ahli sejarah berpendapat, ada dua pendapat tentang Pangeran Sabrang Lor ini. Pertama; Pangeran Sabrang Lor adalah putera dari Pate Unus (Mumahammad Yunus), yang tak lain adalah menantu Raden Fatah (Sultan Demak). Kedua; Pangeran Sabrang Lor adalah putera Raden Fatah (Sultan Demak).
Fase berikutnya, Jepara menjadi bagian dari Kerajaan Demak. Kerajaan Jepara pun berganti menjadi Kerajaan Kalinyamat Jepara di bawah kepemimpinan Sultan Hadlirin yang merupakan suami dari Retna Kencana (puteri Sultan Trenggono) yang kelak menggantikan Sultan Hadlirin yang dikenal dengan Ratu Kalinyamat. Sultan Hadlirin merupakan salah satu santri Kanjeng Sunan Kudus yang cerdas, alim dan sangat wira’I, sehingga di dalam dunia tasawuf ia memiliki maqam yang tinggi, yaitu sebagai Wali Abdal.
Setelah Sultan Hadlirin wafat, tampuk pemerintahan Kerajaan Kalinyamat dipimpin oleh putera Sultan Trenggono, yaitu Retna Kencana yang bergelar Ratu Kalinyamat. Ratu Kalinyamat adalah pemimpin perempuan yang cerdas, trengginas dan memiliki strategi pergerakan membangun wilayah kekuasaannya yang multietnik, dengan mengangkat ekonomi dan perdagangan yang maju dan mengglobal, sehingga menjadikannya dikenal di dunia internasional.
Setelah Sultan Hadlirin meninggal dunia pada 1549, Sultan Trenggono (Raja Kerajaan Demak Bintoro) mengangkat putrinya, istri dari Sultan Hadlirin, yaitu Ni Mas Rara Ayu Retna Kencana menjadi Ratu di Kerajaan Kalinyamat, sekira 10 April 1549 dengan gelar Ratu Kalinyamat ing Tlatah Jepara.
Ratu Kalinyamat adalah seorang perempuan yang cantik, cerdas, kaya, berkarakter, ksatria, adil, mumpuni dan pemberani, sehingga Portugis memberinya julukan “Reinha de Jepara, Senhora Poderosa e Rica, de Kranige Dame” (Ratu Jepara seorang perempuan yang kaya, berkuasa, dan perempuan pemberani).
Ratu Kalinyamat adalah fenomena perempuan Nusantara. Proses penempaan spiritualitas, pola pikir dan gerakannya, langsung digladi oleh Sunan Kalijaga, salah satu anggota Walisongo yang memiliki pengetahuan sosial budaya, politik, lobi manajemen dan strategi pemerintahan yang cerdas dan mumpuni.
Sang ratu -disamping santri juga cucu Sunan Kalijaga dari istri Sultan Trenggono putra dari Raden Fatah Pendiri Kerajaan Demak Bintoro- merupakan santri yang cerdas, dan memiliki kemampuan “olah kanuragan” yang mumpuni dan pilih tanding.
Dikatakan, Ratu Kalinyamat tidak mempunyai rasa “minder” saat mondok di Pesantren Kadilangu, Demak walaupun semua teman temannya mayoritas bahkan di bilang semuanya adalah laki – laki. Antara lain Maskarebet (Jaka Tingkir), Raden Said (Sunan Muria), R Amir Hasan (Sunan Nyamplungan, Karimunjawa) dan lainnya, yang kelak teman-teman mondoknya itu sangat membantu perjuangannya saat menjadi penguasa Jepara.
Di samping ngaji mondok di Pesantren Kadilangu, Ratu Kalinyamat juga belajar “ilmu hal”, dengan melihat kakeknya, Raden Fatah, langsung memimpin roda pemerintahan, sosial, budaya dan politik Kerajaan Demak Bintoro, plus belajar secara langsung kepada ayahandanya, Sultan Trenggono.
Perjalanan intelektual Ratu Kalinyamat tersebut, memberikan pemahaman, bahwa dia ditempa dengan pengetahuan yang sangat beragam, mulai dari bidang agama (spiritualitas), sosial, budaya, politik-pemerintahan, dan strategi lobi.
Tak hanya itu, pergaulannya yang sangat luas baik secara internal, kewilayahan maupun hubungan lintas sektoral, sampai pada lintas bangsa (negara), menjadi modal yang sangat baik saat dirinya menjadi ratu, memimpin Kerajaan Jepara.
Semoga bermanfaat
Ratu Retno Kencono Alias Ratu Kalinyamat Menjadi Pahlawan Nasional
